
Belajar dari keheningan Danau Ranamese : Sebuah cerita Perjalanan
Tahun 2024 saya kembali berkesempatan mengunjungi pulau Flores, tepatnya Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai. Hampir setiap tahun saya mengunjungi beberapa kabupaten lainnya di pulau yang dijuluki Nusa Nipa ini. Bagi saya, perjalanan ke Flores adalah perjalanan yang penuh makna spiritual yang mendalam. Bagaimana tidak, keindahan bentangan alam yang dibentengi kuat oleh nilai-nilai spiritual dan budaya masyarakatnya menjadi roh bagi kelestarian alam di pulau ini. Setidaknya sampai saat ini, benteng itu masih kokoh berdiri.
Perjalanan ke Flores kali ini sedikit berbeda, karena saya menyelipkan sebuah misi ambisius untuk mengakhiri rasa penasaran saya akan keindahan Danau Ranamese. Danau ini terbentuk secara alami dari aktivitas geologis sejak ribuan tahun lalu. Danau ini terletak di Desa Golo Loni, Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Danau Ranamese berjarak sekitar 22 km dari kota ruteng, dapat ditempuh melalui rute Trans Flores Ruteng-Borong. Bagi para wisatawan, saat ini banyak sekali alternatif kendaran yang dapat dijadikan pilihan untuk menuju danau ini, mulai dari bus, travel, menyewa mobil atau motor.
Hari itu cuaca cerah di Ruteng, menjadi alasan bagi kami untuk menggunakan motor menuju Danau Ranamese. Alasannya sederhana, selain hemat, kami dapat lebih menikmati alam selama perjalanan dengan menghirup udara segar, meresapi kesejukan nya, bahkan bisa dengan leluasa berhenti untuk sekedar minum kopi atau berinteraksi dengan masyarakat yang kami temui di sepanjang perjalanan. Hutan lebat dengan pohon-pohon besar yang ditumbuhi lumut dan tumbuhan bergelantung khas hutan tropis, menjadi suguhan alam yang memanjakan mata. Sering kami menemukan kebun kopi di sepanjang perjalanan. Momen yang akan selalu diingat adalah merasakan aroma kopi sangrai yang cukup kuat saat melewati beberapa perkampungan. Tak heran, Manggarai memang salah satu penghasil kopi terbaik dan tersohor di kalangan pecinta kopi.

Kali ini perjalanan saya tidak sendiri. Yadi, adalah teman perjalanan saya kali ini. Rekan kantor dan kebetulan kami satu almamater waktu kuliah dulu sehingga agenda pembicaraan kami selama perjalanan cukup banyak. Setelah mengerjakan tugas di Ruteng, kami sepakat untuk meluangkan waktu sambil menunggu jadwal pesawat dari Ruteng ke Kupang. Perjalanan kali ini adalah perjalanan pertama kami menuju Danau Ranamese, sekaligus pengalaman pertama menempuh perjalanan seru dan menantang menggunakan motor. Cuaca di sekitar Danau Ranamese tak selalu bersahabat, lebih sering hujan, dingin dan sering ditutupi kabut tebal, ditambah lagi kondisi jalan yang berkelok-kelok. Tapi tidak untuk hari itu, alam Danau Ranamese nampaknya berpihak pada kami.

Yadi beberapa kali membakar rokok untuk untukku di sepanjang perjalanan. Kabut tipis dan asap tembakau beradu di sepanjang perjalanan. Di sela-sela tarikan batang tembakau, kami bercerita banyak hal tentang pengalaman dan kisah-kisah pribadi masing-masing. sebagai bapak-bapak yang berjiwa muda, banyak hal yang menjadi candaan kami. Bercerita tentang kelucuan tingkah laku anak-anak di rumah, sampai ke kisah kami masing-masing saat di kampus dulu. Hal-hal ringan dan cukup berat menjadi topik yang silih berganti di sepanjang perjalanan. Perjalanan bukan saja memberi kesempatan untuk merenung, tetapi juga kesempatan bercerita, mendengar dan kadang memberi kesempatan untuk menertawakan diri sendiri.
Banyak tempat menjadi tujuan perjalanan, bukan saja karena keindahanya tapi karena kisah atau cerita yang menyertainya. Sama seperti rumah dan segala yang menghuni di dalamnya, bukan hanya tentang kemewahan dan kesempurnaan, tapi tentang kisah bahagia, sedih, senang, kelemahan, kehilangan dan saling menguatkan di masa-masa sulit lah yang membuat rumah itu nyaman untuk selalu menjadi tujuan untuk pulang. Begitu pula Danau Ranamese, tidak hanya dikenal karena keindahannya tetapi karena memiliki sebuah kisah yang melegenda dan dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat manggarai sebagai asal muasal terbentuknya danau ini.
Dalam kisahnya, ada seorang pria bernama Kae Anu yang diminta bantuannya oleh sekelompok Jin yang ditemuinya saat berburu di hutan. kelompok Jin ini meminta bantuan Kae Anu untuk berperang melawan kelompok Jin lain yang menghuni Danau Rana Hembok. Kae Anu pun memenuhi permintaan tersebut. Kelompok Jin musuh menggunakan hewan-hewan danau sebagai senjata. Kae ranu khirnya berhasil mengalahkan kelompok Jin tersebut dengan bantuan seekor anjing serta dengan membuat api untuk membakar ikan dan belut yang dilemparkan musuh kepadanya. Atas keberhasilannya, kelompok Jin yang meminta bantuanya memberi hadiah dengan memindahkan air dari Rana Hembok ke kediamannya, seketika tempat itu menjadi danau yang luas. Kae Anu pu memberi nama danau baru itu dengan nama Ranamese yang artinya âDanau Besarâ

Kembali ke perjalanan kami. Hari itu benar-benar kami beruntung karena tidak mendapatkan halangan cuaca yang berarti, kecuali sempat berhenti untuk menggunakan jaket karena kedinginan. Sebuah pertanda bahwa tujuan kami telah dekat. Kami sempat berhenti di tepi jalan untuk melihat kondisi Danau Ranamese dari puncak bukit di tepi jalan. betapa bahagianya bisa melihat permukaan danau, karena pernah beberapa kali mampir di tempat ini, danau selalu tak terlihat, tertutup kabut tebal. Tanpa berlama-lama lagi kami segera menuju ke danau.
Gerbang masuk ke danau berada di bagian utara tepi jalan utama. Tampak beberapa gedung dan beberapa petugas berseragam hijau yang berada dalam area tersebut. Danau Ranamese berada dalam kawasan Taman Wisata Alam Ruteng sehingga tanggung jawab pengelolaannya pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Nusa Tenggara Timur, Resort Konservasi Wilayah (RKW) TWA Ruteng Wilayah II. Saat melapor di pintu masuk, kami disapa seorang petugas paruh baya dengan senyuman ramah. Pembicaraan kecil dimulai dengan saling menyapa dan menanyakan asal kami, dilanjutkan dengan menjelaskan kepada kami tentang kondisi Danau Ranamese saat ini, serta hal-hal apa saja yang menjadi larangan di dalam kawasan untuk menjaga keselamatan kami dan juga alam Danau Ranamese. Pengunjung mendapat Karcis masuk Rp. 5.000 per orang, ditambah dengan biaya pas masuk roda 2 sebesar Rp. 5.000, nilai yang relatif sangat terjangkau bagi penikmat keindahan alam seistimewa ini.



Kami menelusuri setapak yang ditumbuhi lumut. Hawa lembab danau mulai terasa. Pohon-pohon yang rindang menjadi pemandu ke arah danau. nampak beberapa pohon dilabeli dengan identitas nama tanaman berbahasa indonesia dan latin. Lumut dan beberpata tanaman termasuk bakal anggrek nampak tumbuh di batang pohon-pohon ini, menjadi inang yang baik bagi beberapa tanaman. Di alam, tumbuh besar dan bermanfaat bagi makhluk lain, sesuatu yang diajarkan pohon-pohon ini bagiku. Di depan, ada jalan yang sedikit menanjak, membuat kami mejadi lebih penasaran untuk melihat keindahann danau ini. Kami melambatkan langkah kaki, ingin menikmti seddikit demi sedikit bagian danau yang akan terlihat.

Saya terhenti, menghirup udara segar ini sedalam mungkin. Dengan mata yang berbinar, saya menatap danau ini dengan penuh kekaguman. Ini melebihi cinta pada pandangan pertama. Dalam hati, saya hanya mampu berbisik âTerimakasih Tuhanâ. kami lanjut mendekat ke arah melalui setapak melengkung negikuti kontur tepian danau. Di tepi jalan ada sebuah tempat yang disediakan pengelola untuk kami melihat danau lebih luas. Bentuknya seperti sebuah menara pemantau yang terbuat dari kayu. Dari situ kami menikmati luasnya danau sabil saling mengabadikan momen ini. Tak pernah tahu, kapan punya kesempatan kembali ke tempat ini lagi, jadi tak salah jika mengabadikan momen ini sebanyak mungkin. Rasa penasaran kami belum sirna, kami ingin melihat danau lebih dekat, jika memungkinkan, kami ingin merasakan air di danau ini. jalan mulai menurun, kmi berhati-hati mengatur langkah kami.
Langkah kaki terakhir di tepi danau adalah momen terbaik menikmati danau ini. inilah danau yang selama ini menutupi keindahannya dari pandanganku, atau memang tidak ada yang kebetulan? bisa saja alam menunggu waktu yang tepat untuk menunjuk kebesarannya. Di sini aku belajar bahwa ada hal-hal besar yang tidak selamanya nampak jelas bagi kita adakehenngan yang menyimpannya. Hal-hal besar itu akan datang hanya ketika kita benar-benar berniat untuk mendapatkannya. Kemegahan dalam keheningan ini membuatku sadar, ketenangan menggambarkan kebesaran

Hampir dua puluh menit kami berada disini menikmati setiap hembusan angin, menyentuh sejuknya air, mendengar kicauan burung-burung liar di sini. Hal ini masih masih membekas dengan sangat jelas. Suasana itu akan selalu terasa setiap melihat kembali foto-foto tentang Danau Ranamese. Rasa penasaran yang di balas lunas dengan kekaguman. Di tempat ini, saya belajar dari keheningan Danau Ranamese.
