Festival Olang Mangsari

Produk Industri Kreatif NTT

Krupuk Beriman Atambua

Video terbaru

This error message is only visible to WordPress admins

Unable to retrieve new videos without an API key.

Date

Jun 14 - 16 2022
Expired!

Time

All Day

Festival Olang Mangsari

Kabupaten Alor adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur. Kabupaten ini merupakan daerah kepulauan. Salah satu kepulauan yang dimaksud adalah Pulau Pura.

Sebagian besar masyarakat Pulau Pura memiliki mata pencaharian yang sama, yaitu di sektor kelautan. Mata pencaharian itu dilakukan dengan cara “mencari meting” (kerang), menangkap ikan dengan cara menggunakan ‘bubu” (alat tangkap ikan tradisional yang dianyam dari bambu), menangkap ikan dengan cara menyelam dan menggunakan panah, memukat ikan dengan jaring, serta memancing ikan dengan menggunakan “sampan” (perahu kayu kecil). Selain sektor kelautan, di beberapa desa tertentu, masyarakatnya juga merupakan pengiris lontar. Yang kemudian hasil irisannya berupa “tuak” (air bunga lontar), yang dsuling menjadi sopi (minuman beralkohol tradisional).

Sementara para perempuan adalah pengrajin daun lontar, yang dianyam untuk menghasilkan beberapa bentuk kerajinan tangan yaitu, “nyiru” (nampan), bakul, topi, “oppa” (tas berukuran kecil), tempat sirih dan beberapa bentuk lainnya. Selain dari kerajinan daun lontar, ada 2 desa di pulau pura yang perempuannya juga adalah pengrajin tenunan dengan motif ikan sebagai ciri hasil pencaharian masyarakat Pulau Pura (Kampung Retta dan Kampung Doluwala).

Tinggal di daerah kepulauan yang berbatu batu, namun masyarakat Pulau Pura mampu bertahan hidup dengan menanam jagung dan kacang – kacangan. Dari pengelolaan jagung inilah dijadikan makanan pokok bagi masyarakat Pulau Pura, yang berupa“Jagung Ketemak” (pipil jagung kering yang direbus dan dicampur dengan kacang kacangan dan sayur sayuran), “Jagung Bose” (pipil jagung kering yang diambil kulit arinya dengan cara  “ditumbuk”), “Jagung titik” (pipil jagung kering yang disangrai dan dipipihkan), “Beras jagung” (pipil jagung kering  yang dimol).

Secara umum semua aktivitas kehidupan inilah yang disebut oleh masyarakat Pulau Pura  sebagai “Olang Mangsari” (aktivitas cari hidup).“Olang Mangsari” ini merupakan kebudayaan dari cara hidup masyarakat Pulau Pura yang berkembang dan dimiliki secara bersama serta diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan “Olang Mangsari” ini merupakan hal kompleks yang mencakup beberapa hal di dalamnya seperti kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat serta kemampuan yang dapat diperoleh masyarakat sebagai bagian dari wilayah kepulauan.

Kebudayaan “Olang Mangsari” ini merupakan seluruh hasil karya, rasa, dan cipta dari masyarakat Pulau Pura, yang harus diakui bahwa seiring perkembangan zaman mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Misalnya cara membuat “bubu”, menyelam secara tradisional, membuat anyaman, mengelola jagung dan menenun.

Sebagai gereja, kami memahami kebudayaan ini sebagai sebuah respon orang Pura terhadap karya Allah melalui Roh Kudus yang telah berdiam serta berkarya bagi kehidupan di laut dan di tanah Pura. Karena itu, “Olang Mangsari” perlu dirayakan dan dirawat  sebagai ruang perjumpaan dengan Allah dan sesama ciptaan Allah. Dengan begitu, kami juga semakin mengakui dan mensyukuri kehadiran ciptaan lain di laut dan di tanah yang telah memberikan kehidupan kepada kami. Sebaliknya, kami juga dapat membarui komitmen kami untuk menghormati dan menghargai sesama makhluk ciptaan itu dengan cara merevitalisasi kebudayaan “Olang Mangsari”. Berbudaya “Olang Mangsari” akan menolong kami untuk meneladani Kristus yang melibatkan laut di tanah Galilea dalam karya-Nya memberi makan orang banyak.

Maka, kami sebagai jemaat Elim Dadibira, Klasis Alor Barat Laut yang merupakan salah satu Jemaat di wilayah Pulau Pura akan menyelenggarakan festival “Olang Mangsari”. Festival ini adalah salah satu bentuk dari upaya revitalisasi kebudayaan tersebut. Ia bertujuan mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap alam yaitu laut dan tanah,  serta terhadap cara hidupp manusia yang ramah serta penuh hormat terhadap laut. Melalui festival ini, kami juga hendak menawarkan “Olang Mangsari” sebagai sebuah kearifan lokal yang dapat berkonribusi secara positif bagi upaya-upaya konservasi laut di Indonesia dan dunia di tengah-tengah krisis ekologis laut yang sedang mengancam kehidupan di planet sini.

Kegiatan Festival Dibuka Untuk Umum Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Festival Selama 2 Hari yakni PadaTanggal 14 – 15 Juni 2022.
Jenis Kegiatan Yang Dapat Disaksikan Antara Lain :

  1. Cara Mencari Meting (Siput Laut) Secara Tradisional (gratis)
  2. Cara Mengambil Bubu Dalam Laut & Cara Pembuatan Ikan Tali (gratis)
  3. Cara Panjat Tuak (gratis)
  4. Cara Penyulingan Sopi, Pembuatan Anggur Dan Pembuatan Sopi Gingseng (gratis)
  5. Cara Pengolaan Jagung Katemak, Jagung Bose, Jagung Titim Beras Jagung (gratis)
  6. Cara Menganyam bubu, nyiru, topi, tas, bakul dan lainnya dari daun lontar (gratis)
  7. Cara menenun Sarung (gratis)
  8. Ada Panggung Hiburan Malam (gratis)
  9. Ada Snorkeling 350K/Orang + Alat +Guide+Paket Makan
  10. Ada Diving 650K/Orang + Alat + Guide + Paket Makan
  11. Ada Free Diving 500K/Orang + Guide + Paket Makan
  12. Pameran Kreatif & Wisata Kuliner berbayar sesuai dengan barang dan makanan yang diminati
  13. Perlombaan Dayung Perahu

Bagi peserta yang masuk Lokasi Festival dikenakan biaya masuk dengan rincian sebagai berikut :

  1. Peserta diwilayah Pulau Pura :  Rp. 5000/Orang Dewasa & Rp. 2000/Orang Anak/Remaja
  2. Peserta diwilayah Kalabahi dan sekitarnya : Rp. 10.000/Orang Dewasa & Rp.5000/Orang Anak/Remaja
  3. Peserta Diluar Pulau Alor Rp. 20.000/Orang dewasa & Rp.10.000/Orang Anak/Remaja

Transportasi dari pelabuhan Alor Kecil ke Lokasi Festival disipakan oleh Panitia & Penginapan disiapkan di rumah-rumah jemaat (Gratis)

(Bisa Hubungi No WA Panitia : 082 113 224 111   &   082 144 908 474

REGISTRASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sombra Coffee